LAMPU DINDING TEMBAGA

SMELTER TEMBAGA: Freeport cari mitra bisnis 

PT Freeport Indonesia siap bekerja sama dengan partner bisnis yang serius ingin mengembangkan smelter tembaga di Indonesia jika mereka menawarkan harga yang kompetitif.

Juru Bicara Freeport Indonesia Ramdani Sirait mengatakan saat ini pihaknya sudah melakukan penjajakan dengan dua smelter yang serius ingin melakukan pengolahan pemurnian tembaga di dalam negeri, yakni PT Indosmelt dan PT Nusantara Smelting.  

“Kami memberikan peluang pada partner bisnis yang serius dalam pengembangan smelter. Saat ini sudah ada beberapa studi kelayakan yang kami lakukan berkaitan ekspansi smelter, baik yang baru mau pun yang sudah ada,” ujarnya dalam ‘Journalist Class’, hari ini.

Menurutnya saat ini, smelter tembaga yang ada di Indonesia hanya ada satu yakni PT Smelting yang berlokasi di Gresik. Smelter tersebut dimiliki oleh PT Freeport Indonesia 25%, Mitsubishi Materials Corporation 60,5%, Nippon Mining and Metals Co. Ltd 5%, dan Mitsubishi Corporation Unimetal Ltd 9,5%.

Freeport selama ini telah mengalokasikan sekitar 40—47% konsentratnya ke PT Smelting. Setelah diolah di sana, hasil pengolahannya itu sudah mencukupi kebutuhan secara nasional. Jika konsentrat Freeport dialihkan untuk smelter lainnya di luar PT Smelting, Ramdani mengatakan di sisi lain Freeport juga harus mempertimbangkan kontrak ekspor jangka panjangnya.

“Freeport melakukan kajian terus menerus terkait bisnis smelter, tapi ini sangat bergantung pada partner bisnis yang ada. Di sisi lain, Freeport sudah terikat dengan kontrak jangka panjang dengan para buyer. Tapi kalau dalam perkembangannya ada sisa konsentrat, itu bisa dijual ke dalam negeri dan ngga masalah kalau harganya kompetitif,” ujarnya.

Ramdani memberi catatan, pembangunan smelter memerlukan insentif pemerintah dan perlu ada permintaan final product-nya. Selain itu, pengelolaan waste hasil pengolahan seperti asam sulfat juga harus dipikirkan. Oleh sebab itu, lokasi smelter harus berada di kawasan industri yang terintegrasi.

“Mengolah asam sulfat itu tidak mudah. Kalau di Gresik itu, asam sulfatnya diakomodasi oleh Petrokimia. Smelter itu harus berada di kawasan terpadu, kalau ngga nanti waste-nya bisa merusak lingkungan,” ujarnya. (Faa)
SUMBER: www.bisnis.com

Artikel Menarik Lainnya